Kurs Yuan Melemah

Nilai tukar yuan China melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah pada perdagangan Rabu kemarin. Tensi hubungan China dengan AS yang semakin memanas membuat yuan tertekan.

Yuan melemah 0,48% melawan dolar AS ke 7,1681/US$ kemarin, yang merupakan level terlemah dalam 8 bulan terakhir. Melawan rupiah, mata uang yang juga disebut renminbi ini melemah 0,9% ke Rp 2.045.68/CNY.

Sementara pada hari ini, Kamis (28/5/2020), yuan bangkit, menguat 0,06% melawan dolar AS ke 7,164/US$ dan 0,53% melawan rupiah ke Rp 2.056,67/CNY pada pukul 9:27 WIB.

Tensi hubungan China dengan AS memang panas dingin dalam 2 tahun terakhir akibat perang dagang kedua negara. Di awal tahun ini, hubungan keduanya kembali mesra setelah menandatangani kesepakatan dagang fase I.

Tetapi kini kembali memanas akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Presiden AS Donald Trump terus menyerang China dengan mengatakan virus corona berasal dari sebuah laboratorium di Negeri Tiongkok. Trump meminta China untuk bertanggung jawab hingga Covid-19 menjadi pandemi global dan menuntut kompensasi atas kerusakan ekonomi AS.

Memanasnya hubungan kedua negara memicu kecemasan akan terjadinya babak baru perang dagang kedua negara. Lebih buruk lagi, bahkan mungkin terjadi konfrontasi bersenjata alias perang militer.

Negeri Paman Sam memperkuat kehadirannya di Laut China Selatan dalam beberapa pekan terakhir, kapal-kapal perang Angkatan Laut AS dan kapal pembom Angkatan Udara B-1 kerap berpatroli.

Tindakan ini dikatakan sebagai dukungan bagi kawasan Indo-Pasifik agar tetap bebas dari intervensi dan terbuka di tengah pandemi COVID-19.
Angkatan Laut AS mengirim tujuh kapal selam yang bersiaga di Laut China Selatan guna memastikan kebebasan dan mengimbangi operasi China di kawasan tersebut.

“Operasi kami adalah demonstrasi kesediaan kami untuk membela kepentingan dan kebebasan kami di bawah hukum internasional,” kata Laksamana Muda Blake Converse, komandan sub-pasukan Pasifik yang bermarkas di Pearl Harbor, dikutip Express pada Selasa (19/5/2020).

Sementara itu, China menambah anggaran militernya di tahun ini menjadi 6,6% dari produk domestik bruto (PDB), berdasarkan laporan yang dikeluarkan Kongres Rakyat Nasional (NPC), Jumat (22/5/2020).

Anggaran akan ditetapkan sebesar 1.268 triliun (US$ 178 miliar) dan menjadi merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah AS, yakni US$ 738 miliar.

Presiden China, Xi Jinping, pada Selasa lalu menyampaikan penting bagi China untuk memperkuat pelatihan militer dan pertahanan nasional di tengah-tengah epidemi virus corona (COVID-19). Sebagaimana ditulis Global Times, Xi memerintahkan militer untuk memikirkan skenario terburuk, meningkatkan pelatihan dan kesiapsiagaan pertempuran.

“Terutama dalam situasi kompleks sekarang untuk menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan,” tulis media yang berafiliasi dengan pemerintah itu.

Bisa dikatakan kedua negara saat ini mulai unjuk kekuatan militer. Perang dagang antara kedua negara sudah berdampak buruk bagi perekonomian global, apalagi jika sampai terjadi perang militer. Akibatnya kurs yuan belakangan ini terus melemah.

Sumber

Menguat tipis di kurs tengah (BI)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah masih merah di perdagangan pasar spot.

Pada Senin (26/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.774. Rupiah menguat tipis hampir flat di 0,07% dibandingkan posisi sebelum libur Kenaikan Yesus Kristus.

Namun di pasar spot, rupiah melemah. Pada pukul 10:060 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.760 di mana rupiah melemah 0,54%.

Sayangnya, depresiasi rupiah terjadi kala mayoritas mata uang utama Asia malah menguat, Selain rupiah, hanya yen Jepang dan ringgit Malaysia yang menapaki zona merah.

Lagi-lagi sayang sekali, depresiasi 0,54% sudah cukup untuk membuat rupiah jadi mata uang terlemah di Asia. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:06 WIB:

Pelemahan rupiah hari ini dapat dimaklumi. Sebab, rupiah sudah absen dari perdagangan pasar spot sejak Kamis pekan lalu. Investor tentu masih mencoba mencerna dan memasukkan berbagai sentimen yang terlewatkan oleh mata uang Tanah Air selama empat hari terakhir.

Sentimen yang beredar di pasar hari ini lumayan positif. Di Jepang, pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe readyviewed telah mencabut status darurat di beberapa perfektur besar seperti Tokyo dan Osaka. Artinya, aktivitas masyarakat bisa bergulir kembali meski dengan mematuhi protokol kesehatan.

“Kami mengambil langkah penting menuju tahap selanjutnya dalam pencabutan status darurat. Namun dalam skenario terburuk, masih ada kemungkinan status darurat kembali berlaku apabila infeksi kembali meluas,” kata Abe di hadapan para jurnalis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, pemerintah Jepang juga sedang menggodok paket stimulus fiskal lanjutan senilai JPY 100 triliun (Rp 13.732,38 triliun dengan kurs saat ini). Nikkei mengabarkan, stimulus tersebut sebagian besar ditujukan untuk membantu keuangan perusahaan yang tertekan akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Sementara dari aspek kesehatan, pelaku pasar (dan dunia) menaruh harapan besar kepada pengembangan vaksin anti-virus corona. Aliansi Vaksin Dunia (GAVI) memperkirakan vaksin sudah bisa tersedia paling cepat musim gugur tahun ini.

Harapan datangnya vaksin, plus pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di berbagai negara, membawa harapan bahwa ekonomi bisa bangkit setelah babak-belur dihajar virus corona. Walau belum bisa ‘berlari’, bisa ‘berdiri’ saja sudah menjadi kabar bahagia.

Faktor ini menjadi pelecut pasar keuangan Asia untuk menguat. Namun rupiah belum bisa merasakannya, karena baru pulang dari libur panjang.

Sumber CNBC

Bank BI & Kemlu RI

Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) sepakat memperkuat kerja sama di bidang diplomasi ekonomi di tengah perkembangan isu dan kerja sama internasional yang semakin dinamis, termasuk tantangan ekonomi yang bersumber dari pandemi COVID-19. Hal ini bertujuan guna meningkatkan peran dan memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional. Komitmen tersebut dituangkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (NK) oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno L.P. Marsudi, yang berlaku mulai tanggal 19 Mei 2020. Kesepakatan ini memperkuat kerjasama sebelumnya pada tahun 2017.

“Peningkatan peran dan penguatan posisi Indonesia dalam kerja sama internasional melalui jalur diplomasi ekonomi yang efektif akan mendukung terjaganya kepentingan nasional dan persepsi positif terhadap Indonesia,” demikian disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia.

Nota Kesepahaman akan dijabarkan dalam bentuk program kerja yang disusun secara bersama oleh BI dan Kemlu RI. Pertama, pengelolaan persepsi positif perekonomian RI terutama untuk mendorong investasi dan perdagangan Indonesia, serta pemahaman mengenai kebijakan Indonesia. Kedua, perumusan posisi Indonesia dan peningkatan peran Indonesia di tingkat bilateral, regional, plurilateral dan multilateral. Ketiga, pelaksanaan hubungan internasional untuk mendukung kepentingan nasional. Keempat, pertukaran data dan/atau informasi untuk mendukung perumusan kebijakan perekonomian Indonesia dan kelima, pengembangan kapasitas sumber daya manusia.

Nota Kesepahaman ini berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Sumber Info BI

Informasi tentang Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) sepakat memperkuat kerja sama di bidang diplomasi ekonomi di tengah perkembangan isu dan kerja sama internasional yang semakin dinamis, termasuk tantangan ekonomi yang bersumber dari pandemi COVID-19. Hal ini bertujuan guna meningkatkan peran dan memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional. Komitmen tersebut dituangkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (NK) oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno L.P. Marsudi, yang berlaku mulai tanggal 19 Mei 2020. Kesepakatan ini memperkuat kerjasama sebelumnya pada tahun 2017.

“Peningkatan peran dan penguatan posisi Indonesia dalam kerja sama internasional melalui jalur diplomasi ekonomi yang efektif akan mendukung terjaganya kepentingan nasional dan persepsi positif terhadap Indonesia,” demikian disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia.

Nota Kesepahaman akan dijabarkan dalam bentuk program kerja yang disusun secara bersama oleh BI dan Kemlu RI. Pertama, pengelolaan persepsi positif perekonomian RI terutama untuk mendorong investasi dan perdagangan Indonesia, serta pemahaman mengenai kebijakan Indonesia. Kedua, perumusan posisi Indonesia dan peningkatan peran Indonesia di tingkat bilateral, regional, plurilateral dan multilateral. Ketiga, pelaksanaan hubungan internasional untuk mendukung kepentingan nasional. Keempat, pertukaran data dan/atau informasi untuk mendukung perumusan kebijakan perekonomian Indonesia dan kelima, pengembangan kapasitas sumber daya manusia.

Nota Kesepahaman ini berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Kepala Departemen Komunikasi
Onny Widjanarko
Direktur Eksekutif

Informasi tentang Bank Indonesia

Kondisi perekonomian Indonesia

Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Rabu (6/5) menyampaikan 5 (lima) hal terkait perkembangan terkini dan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia, sebagai berikut :

1.Nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat mengarah ke Rp15.000 pada akhir tahun.·    Pergerakan nilai tukar secara trend dipengaruhi oleh faktor fundamental yaitu : 1) inflasi yang rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3±1%; 2) defisit transaksi berjalan Triwulan I akan lebih rendah dari 1,5% PDB dan secara keseluruhan pada tahun 2020 akan lebih rendah dari 2% PDB, serta 3) perbedaan suku bunga (yield spread) sangat tinggi, Yield SBN 10 tahun Indonesia sebesar 8,02% sedangan yield UST Note 10 tahun sebesar 0,3%-04%, sehingga yield spread sebesar 7,5%. Faktor tersebut menyebabkan nilai tukar undervalued dan diperkirakan bergerak stabil dan cenderung menguat.·    Nilai tukar di hari Senin (4/5) ditutup pada level Rp15.050 dan pada hari Selasa (5/5) menguat Rp15.010. Pergerakan nilai tukar dalam jangka pendek (harian) dipengaruhi oleh faktor teknikal (sentimen) positif yaitu sejumlah wilayah di AS dan Eropa akan membuka kegiatan ekonomi, pernyataan board members The Fed yang menyampaikan bahwa ekonomi AS akan membaik di semester II-2020, meskipun di semester I-2020 mengalami resesi ekonomi serta peningkatan harga minyak.·     Sementara itu, beberapa sentimen negatif yang dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu ketegangan hubungan antara AS dan Tiongkok, ketegangan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan, serta putusan Mahkamah Konstitusi Jerman bahwa Quantitative Easing (QE) yang dilakukan Bank Sentral Eropa (ECB) tidak konstitusional karena tidak didukung oleh perjanjian Uni Eropa kecuali ECB dapat menjustifikasi dan menjelaskannya dalam waktu 3 bulan.

2.Inflow Asing ke SBN pada Minggu I Mei 2020, tercatat sebesar Rp1,17 triliun.·     Pergerakan aliran modal asing portfolio ke SBN yang diterbitkan oleh pemerintah baik di pasar perdana atau pasar sekunder pada minggu I Mei 2020 tercatat inflow Rp1,17 triliun. ·     Pada bulan April, secara keseluruhan aliran modal asing tercatat outflow sebesar Rp2,14 triliun, dengan rincian sebagai berikut minggu I April 2020 tercatat inflow Rp5,73 triliun, minggu II April 2020 tercatat outflow Rp7,98 triliun, minggu III April 2020 tercatat outflow Rp2,41 triliun, minggu IV April 2020 tercatat inflow 0,1 triliun, dan minggu V April 2020 tercatat inflow 2,42 triliun.·     Secara historis periode 2011 – 2019 di Indonesia, outflow relatif kecil dalam periode yang pendek dan diikuti dengan inflow yang besar dalam periode yang lebih panjang. Data menunjukkan rata-rata outflow  sebesar Rp29,2 triliun dengan durasinya sekitar 3-4 bulan dan diikuti inflow  sebesar Rp229,1 triliun dengan durasi sekitar 21 (dua puluh satu) bulan. 3.Inflasi 2020 terkendali dan rendah di kisaran sasaran 3±1%.Berdasarkan hasil rilis BPS, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2020 tercatat 0,08% (mtm), atau sebesar 2,67% (yoy), lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa faktor rendahnya permintaan mulai membuat tekanan terhadap inflasi berkurang yang dipengaruhi oleh langkah-langkah penanganan pandemi COVID-19 yang menyebabkan aktivitas manusia yang lebih rendah terkait pembatasan mobilitas, PSBB dan lain sebagainya. Kondisi tersebut juga memengaruhi prakiraan inflasi pada saat Ramadan dan Idulfitri yang lebih rendah daripada  data historisnya. Bank Indonesia meyakini sampai dengan akhir tahun 2020, inflasi akan terkendali dan rendah di kisaran sasaran 3±1%.

4.Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tw I 2020 tercatat 2,97% (yoy).·   Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tercatat 2,97% (yoy), lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia 4,4% (yoy). Hal tersebut didorong oleh dampak penanganan pandemi COVID-19 yang mulai memengaruhi kegiatan ekonomi baik dari sisi pendapatan, konsumsi, produksi, investasi, serta ekspor dan impor. Semula Bank Indonesia  memperkirakan pengaruh dari penanangan pandemi COVID-19 baru mulai terasa di bulan April sampai dengan pertengahan Juni 2020, namun ternyata terjadi lebih cepat yaitu di bulan Maret 2020.·    Dari sisi pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 terutama dipengaruhi penurunan permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga tercatat 2,84% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy). Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7% (yoy). Respons stimulus Pemerintah melalui konsumsi Pemerintah yang tumbuh 3,74% (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam. Selain itu, ekspor neto berkontribusi positif dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24% (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19% (yoy).·     Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I termasuk salah satu yang tertinggi, lebih baik dari sebagian besar negara-negara lain. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I 2020 tercatat -6,8% (yoy), jauh lebih rendah dari pencapaian di triwulan IV 2019 sebesar 6,0%. Pertumbuhan ekonomi AS tercatat 0,3% (yoy) pada triwulan I 2020, meskipun tetap positif namun lebih rendah dari pencapaian di triwulan IV 2020 sebesar 2,3% (yoy). Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Eropa, Singapore dan Korea Selatan pada triwulan I 2020, masing-masing-masing tercatat sebesar -3,3% (yoy), -2,2% (yoy), 1,3% (yoy).

5.Kebijakan dan Operasi Moneter Bank Indonesia.BI berkomitmen untuk melaksanakan kebijakan moneter yang prudent dan dengan tata kelola yang baik.a.    Mekanisme pengedaran uang kartalSesuai UU Mata Uang (UU No. 7 Tahun 2011), perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan uang kartal (uang kertas dan logam), melalui koordinasi BI dengan Kementerian Keuangan dengan jumlah sesuai dengan prakiraan kebutuhan masyarakat. Keseluruhan proses pengolahan uang sesuai dengan tata kelola dan diaudit oleh BPK. Oleh karena itu, pandangan bahwa BI akan melakukan pencetakan uang dalam upaya mitigasi COVID-19 adalah tidak sesuai dengan best practice kebijakan moneter yang prudent dan BI tidak akan melakukan langkah kebijakan tersebut.b.    Operasi Moneter dalam Pengendalian Uang Giral & Likuiditas Pasar Uang dan Perbankan Sesuai mandat, BI mengendalikan inflasi dan mestabilkan nilai tukar Rupiah, sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah yang dilakukan oleh BI adalah melalui penetapan suku bunga acuan dan pelaksanaan operasi moneter (OM) untuk mengelola likuiditas di pasar uang dan perbankan sejalan dengan langkah kebijakan BI dalam menstabilkan nilai tukar Rupiah. Pelaksanaan OM, salah satunya dengan cara OM ekspansi dan OM kontraksi melalui transaksi repo dengan underlying SBN yang dimiliki.c.    Kebijakan QE Bank IndonesiaSalah satu bentuk QE berupa injeksi likuitas ke perbankan dengan jumlah secara total telah mencapai sekitar Rp503,8 trililun, dengan rincian sebagai berikut :·     Periode Januari – April 2020 sebesar Rp386 triliun, yang bersumber dari pembelian SBN di pasar sekunder dari investor asing sebesar Rp166,2 triliun, term repo perbankan sebesar Rp137,1 triliun, swap valuta asing sebesar Rp29,7 triliun, dan penurunan Giro Wajib Minimun (GWM) rupiah di bulan Januari dan April 2020 sebesar Rp53 triliiun.·     Periode Mei 2020 sebesar Rp117,8 triliun, yang bersumber dari penurunan GWM rupiah sebesar Rp102 triliun dan tidak mewajibkan tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar Rp15,8 Triliun.Kebijakan QE akan dapat memberikan dampak yang efektif ke sektor riil dengan dukungan dari stimulus fiskal, antara lain melalui implementasi jaring pengaman sosial, insentif industri termasuk subsidi KUR dan program bantuan sosial lainnya serta dukungan rektrukturisasi kredit. Mekanisme QE selengkapnya terlampir. Bank Indonesia  akan terus memperkuat koordinasi ini dengan Pemerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan. Kepala Departemen KomunikasiOnny WidjanarkoDirektur Eksekutif Informasi tentang Bank Indonesia

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Terkini-Perekonomian-dan-Langkah-BI-dalam-Hadapi-COVID-19-6-Mei-2020.aspx

Survei Penjualan Eceran Maret 2020 : Penjualan Eceran Turun

12-05-2020 Hasil Survei Penjualan Eceran mengindikasikan berlanjutnya penurunan penjualan eceran pada Maret 2020. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2020 yang turun -4,5% (yoy), lebih dalam dibandingkan -0,8% (yoy) pada Februari 2020. Penurunan tersebut bersumber dari kontraksi penjualan pada hampir seluruh kelompok komoditas yang dipantau, kecuali kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang tetap solid. Penurunan penjualan eceran terdalam terjadi pada kelompok Barang Lainnya, khususnya subkelompok Sandang.

Penjualan eceran pada April 2020 diprakirakan semakin terkontraksi. Hal ini tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR April 2020 sebesar -11,8% (yoy), disebabkan penurunan yang terjadi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei. Penurunan terdalam terjadi pada kelompok Barang Lainnya, khususnya subkelompok Sandang, yang diprakirakan turun -67,3% (yoy), lebih dalam dari -60,5% (yoy) pada Maret 2020.
Hasil survei mengindikasikan tekanan harga di tingkat pedagang eceran akan mengalami penurunan pada 3 dan 6 bulan mendatang (Juni dan September 2020). Penurunan tekanan harga tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 dan 6 bulan yang akan datang (Juni dan September 2020) masing-masing sebesar 160,7 dan 153,0 lebih rendah dibandingkan 173,0 pada Mei 2020 dan 153,7 pada Agustus 2020 seiring dengan prakiraan penurunan permintaan.
Hasil lengkap Survei Penjualan Eceran pada link berikut.
Kepala Departemen Komunikasi
Onny Widjanarko
Direktur Eksekutif
Informasi tentang Bank Indonesia