Menguat tipis di kurs tengah (BI)
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah masih merah di perdagangan pasar spot.
Pada Senin (26/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.774. Rupiah menguat tipis hampir flat di 0,07% dibandingkan posisi sebelum libur Kenaikan Yesus Kristus.
Namun di pasar spot, rupiah melemah. Pada pukul 10:060 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.760 di mana rupiah melemah 0,54%.
Sayangnya, depresiasi rupiah terjadi kala mayoritas mata uang utama Asia malah menguat, Selain rupiah, hanya yen Jepang dan ringgit Malaysia yang menapaki zona merah.
Lagi-lagi sayang sekali, depresiasi 0,54% sudah cukup untuk membuat rupiah jadi mata uang terlemah di Asia. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:06 WIB:
Pelemahan rupiah hari ini dapat dimaklumi. Sebab, rupiah sudah absen dari perdagangan pasar spot sejak Kamis pekan lalu. Investor tentu masih mencoba mencerna dan memasukkan berbagai sentimen yang terlewatkan oleh mata uang Tanah Air selama empat hari terakhir.
Sentimen yang beredar di pasar hari ini lumayan positif. Di Jepang, pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe telah mencabut status darurat di beberapa perfektur besar seperti Tokyo dan Osaka. Artinya, aktivitas masyarakat bisa bergulir kembali meski dengan mematuhi protokol kesehatan.
“Kami mengambil langkah penting menuju tahap selanjutnya dalam pencabutan status darurat. Namun dalam skenario terburuk, masih ada kemungkinan status darurat kembali berlaku apabila infeksi kembali meluas,” kata Abe di hadapan para jurnalis di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, pemerintah Jepang juga sedang menggodok paket stimulus fiskal lanjutan senilai JPY 100 triliun (Rp 13.732,38 triliun dengan kurs saat ini). Nikkei mengabarkan, stimulus tersebut sebagian besar ditujukan untuk membantu keuangan perusahaan yang tertekan akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Sementara dari aspek kesehatan, pelaku pasar (dan dunia) menaruh harapan besar kepada pengembangan vaksin anti-virus corona. Aliansi Vaksin Dunia (GAVI) memperkirakan vaksin sudah bisa tersedia paling cepat musim gugur tahun ini.
Harapan datangnya vaksin, plus pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di berbagai negara, membawa harapan bahwa ekonomi bisa bangkit setelah babak-belur dihajar virus corona. Walau belum bisa ‘berlari’, bisa ‘berdiri’ saja sudah menjadi kabar bahagia.
Faktor ini menjadi pelecut pasar keuangan Asia untuk menguat. Namun rupiah belum bisa merasakannya, karena baru pulang dari libur panjang.